Wish World (Chapter 3) ; Pengujian
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Semua anak mulai bersiap-siap untuk pulang. Lorong-lorong sekolah yang mulanya sepi dan hening, mulai dipenuhi suara anak-anak yang mengobrol, beberapa teriakan anak yang memanggil temannya, bisik-bisik gosip seputar sekolah atau gosip tentang teman mereka sendiri, dan helaan napas beberapa guru yang sudah sangat lelah karena sudah mengajar seharian.
Selang beberapa menit, Jun sudah sampai gerbang dan menemui Cici. Dia hanya berlari saja, tidak memakai kekuatannya. Jun dan Cici berjalan berdua menuju taman di dekat sekolah. Mereka berdua mengobrol, Cici bisa melihat bahwa Jun sedang sangat senang dari obrolan mereka. Tak lama, sampailah mereka di taman. Mereka duduk di salah satu tempat duduk di taman untuk melanjutkan obrolan mereka sembari menunggu Ren datang.
Ketika sedang asyiknya mengobrol, Ren datang dan menghampiri mereka.
“Kukira tadi kalian belum keluar sekolah, jadi aku tunggu di depan gerbang. Ternyata kalian sudah sampai sini.” Ucap Ren sembari duduk.
“Kan kita janjiannya di taman Ren. Yasudahlah kami minta maaf.” Ucap Jun.
“Jangan kesal ya Ren.” Canda Cici.
“Hmm, baiklah-baiklah. Jadi semalam aku juga bermimpi tentang Wish, dan dia menanyaiku tentang kekuatan atau semacamnya.”
“Kau tidak mau basa-basi dulu ya Ren.” Ucap Cici.
“Apa jawabanmu kepada Wish?” Tanya Jun.
“Maaf Jun, aku tidak bisa memberitahumu karena ini sangat privasi. Tapi jawabanku semalam sesuai kok dengan keanehan yang terjadi hari ini, aku bisa mendengar apapun dalam jarak yang lumayan jauh.”
“Baiklah tidak apa-apa. Jadi tadi pagi kau tiba-tiba bisa mendengar semuanya begitu Ren? Tidak ada peristiwa tertentu dulu?” Tanya Jun.
“Seingatku tidak, semua terjadi tiba-tiba saja.”
“Hmm begitu. Baiklah kalau begitu kita langsung saja mencoba kekuatan kita disini?”
“Disini?” Kata Ren.
“Yups, kita akan mengetes dengan hal sederhana. Dan lagipula disini sudah sepi.”
“Baiklah, jadi bagaimana?”
“Oke kamu duduk disini saja Ren, kami berdua akan kesana. Kami akan saling berbisik. Kau fokuskan pendengaranmu pada kami, dan kita akan tau apa yang terjadi.”
“Siap Jun.”
Jun dan Cici meninggalkan Ren, mereka kini berada di sudut taman. Dan berbicara dengan berbisik-bisik. Lalu mereka kembali.
“Jun kau membicarakan tentang pelajaran Fisika tadi, dan Cici kau membicarakan tentang roti tadi siang yang enak.”
“Benar sekali.” Ucap Cici.
“Keren sekali, baiklah kalau begitu. Kau tetap disini, aku akan berjalan menjauhimu dengan terus berbicara dengan suara yang sangat pelan. Kau jangan terlalu fokus mendengarkanku Ren, dan ketika kau tidak bisa mendengar suaraku, teriaklah.”
“Okke Jun.”
Jun pun berjalan menjauh dengan berbisik-bisik pelan. Setelah beberapa meter Ren pun berteriak tanda dia sudah tidak mendengarnya. Lalu tes ini dilanjut dengan cara yang sama namun Ren harus fokus pada suara Jun. Dan hasilnya jaraknya sangat berbeda. Ketika Ren fokus, ia bisa mendengar suara dari jarak yang sangat jauh.
“Baiklah, sekarang kita tau bagaimana kekuatanmu. Jadi yang harus kamu lakukan adalah tidak fokus supaya tidak terlalu banyak suara yang masuk ke pikiranmu.”
“Mungkin kau benar Jun, tapi tadi siang waktu aku mencari suara kalian, aku bisa memilih-milih suara mana yang ingin ku dengar. Dan ketika aku fokus, aku hanya bisa mendengar suara kalian.”
“Oh seperti itu, mungkin suatu saat kekuatanmu bisa di nonaktifkan dan bisa kau panggil lagi. Seperti mode on off begitu.” Kata Jun.
“Mungkin saja Jun.” Kata Ren.
“Sekarang giliranmu Ci. Jadi aku dan Ren akan berdiri di 2 tempat yang agak berjauhan. Kau pikirkan pilihanmu dulu untuk jalan ke aku atau ke Ren, lalu kau jalanlah ke arahku atau ke arah Ren. Ketika di tengah jalan kau ubahlah pilihanmu, dan kita lihat apa yang terjadi.”
“Okke Jun.”
Jun dan Ren berdiri di dua tempat yang agak berjauhan. Dan Cici berjalan, dia memilih untuk jalan ke arah Ren. Dia bergerak perlahan, ketika di pertengahan jalan ia mengubah pilihannya. Dan alhasil dia ada di perjalanan menuju Jun. Tapi, dia pun terhuyung-huyung dan roboh.
“Apa yang terjadi Ci?” Tanya Jun yang sudah di dekat Cici.
“Aku merasa sangat pusing setelah melakukan perubahan pilihan tadi.”
“Apa? Kau sudah melakukannya tadi?” Tanya Ren.
“Sudah, apa kau tidak melihatnya? Kau juga Jun?”
“Yang aku lihat, kau dari awal sudah berjalan ke arahku Ci.” Kata Jun.
“Tapi aku ingat tadi, aku berjalan ke arah Ren. Dan aku mengubah pilihan dan berada di jalan ke arahmu Jun.” Jelas Cici.
“Mungkin selain mengubah pilihan saja, kekuatanmu ini menimpa ingatan orang-orang yang terkena dampaknya Ci. Sehingga di ingatan kami berdua kau dari awal sudah berjalan ke arah Jun.” Kata Ren.
“Pintar juga kau Ren.” Kata Jun.
“Terima kasih.”
“Tapi, apakah tadi pagi kau juga merasa pusing?” Tanya jun.
“Tidak, sama sekali.”
“Kenapa kau sekarang merasa pusing?” Tanya Jun heran.
“Aku tidak tau Jun. Apakah mungkin karena kali ini aku sengaja merubah pilihanku?”
“Itu mungkin saja. Tapi menurutku, jika kau sudah terbiasa mungkin rasa pusing itu bisa kau kendalikan.” Terang Jun.
“Mungkin saja Jun.”
“Jadi Ci, jika kau mengubah pilihanmu seperti yang kita lakukan barusan, itu tidak akan membahayakan dirimu. Tidak seperti yang tadi pagi.” Jelas Jun.
“Benar juga Jun. Karena kita berdua sudah, sekarang giliranmu Jun.” Balas Cici.
“Baiklah, sekarang kalian duduk dan lihatlah aksi teleporter hebat ini.” Kata Jun dengan bangga.
“Oke-oke Jun yang hebat.” Kata Ren sembari duduk.
“Hati-hati Jun, kita tidak tau apakah ada efek sampingnya atau tidak.”
“Tenang saja Ci. Oke, aku berangkat.”
Dan Jun pun mengambil posisi bersiap untuk lari. Dia lari, dan melompat. Dan dalam sekejap ia sudah berpindah tempat. Namun dia tersungkur seperti Cici tadi. Tangannya menyangga tubuh bagian atasnya. Dia muntah.
“Kau kenapa Jun?” Kata Cici sembari berlari menghampiri Jun yang sedang muntah.
“Biarkan dulu Jun yang hebat ini selesai muntah Ci.” Kata Ren yang menghampiri Jun dan Cici dengan santai.
“Setelah teleportasi, aku merasakan mual dalam perutku. Serasa perutku berputas.”
“Hmm, itu masuk akal sih Jun. Jika kekuatan kita masih terikat dengan kenyataan dan hukum dunia ini. Maka kekuatan kita bisa dijelaskan dengan sains. Aku pernah membaca dalam sebuah jurnal di internet. Ada teori black hole, yang menyatakan kita bisa berpindah tempat dalam sekejap, sesuai dengan kekuatanmu. Tapi untuk bisa berpindah, kita harus melewati lubang itu. Dan lubang itu sangatlah kecil. Menurutku, dengan mengaktifkan kekuatanmu, kau telah masuk ke semacam black hole ini dan memaksa tubuhmu untuk masuk ke lubang yang sangat kecil. Alhasil, kau merasa mual tadi.” Jelas Ren yang hanya disimak oleh Jun dan Cici.
“Mungkin ada benarnya yang kau jelaskan tadi Ren.” Kata Jun sambil bangkit berdiri.
“Jadi kita harus berhati-hati dengan kekuatan ini, apa saja bisa terjadi jika kita tidak waspada.” Cici mengimbuhi.
“Kukira kau benar Ci. Dan aku berpikir bahwa bukan kita saja yang telah mendapat kekuatan seperti ini.” Kata Ren.
“Hmm kau benar Ren, kita harus membantu mereka mengendalikan kekuatan mereka. Aku takut hal yang buruk akan terjadi.” Tambah Jun.
“Benar juga, tapi lebih baik kita pulang dulu. Lihat matahari sudah mau tenggelam.” Kata Ren.
“Aku setuju, perutku juga sudah lapar.” Kata Cici dengan wajah riangnya.
“Yuk kita pulang.”
Mereka bertiga pun pulang kerumah masing-masing. Ren sudah berpisah sejak keluar dari taman. Jun dan Cici berpisah ketika sampai di persimpangan dimana jalan kerumah mereka terpisah. Entah darimana, Jun berpikir bahwa Wish akan memberitahukan semua hal tentang fenomena yang terjadi padanya dan teman-temannya.
Jun pun belajar di kamarnya, seperti biasa mengerjakan beberapa tugas dengan diisi beberapa hal lainnya. Dan memikirkan betapa senangnya dia dengan kekuatan barunya. Tak terasa semua tugas sudah ia selesaikan dan ia pun tidur.
Seperti kemarin, ia bangun dan tidak berada di kamarnya, lagi. Ia melihat sekeliling, tak terasa ia sedang berbaris dengan banyak anak seumurannya. Tapi semua wajahnya gelap, tidak terlihat. Tapi dari puluhan anak itu, ia bisa melihat wajah Ren dan cengiran khas dari Cici. Dan suara yang sangat keras terdengar.
“Baiklah semuanya, selamat datang lagi di alam bawah sadar kalian. Dan selamat datang di Wish World. Aku, Wish, akan menjelaskan tentang kekuatan kalian dan tentang apa yang akan kalian hadapi. Jadi dengarkanlah dengan seksama, dan simpan pertanyaan kalian sampai aku selesai menjelaskan.”
Wish berbicara dari atas podium, yang entah darimana tiba-tiba ada podium di depan mereka. Dan Jun berkata dalam hati, “Firasatku benar, apa lagi yang akan terjadi ya, Wish?”
No comments:
Post a Comment